Penerapan Budaya Positif
A. Latar Belakang
Budaya sekolah tidak hanya dilihat dari visi misi, tata tertib, kondisi sekolah meliputi sarana dan prasarana, kebersihan serta hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh indra penglihat kita. Akan tetapi ada juga nilai-nilai dan kepercayaan yang diyakini oleh warga sekolah, meskipun tidak terlihat secara langsung namun dapat dirasakan sebagai cerminan dari kebiasaan-kebiasaan yang ada di sekolah. Jadi, budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Proses belajar mengajar yang kondusif membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, seperti kepala sekolah, guru, murid, komite dan orang tua. Namun yang terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran yaitu guru dan murid, maka dari itu diantara keduanya perlu menjalin hubungan yang baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya yaitu dengan membuat kesepakatan kelas.
B. Deskripsi Aksi Nyata
Dalam penerapan budaya positif di sekolah perlu adanya pemikiran dan kesepakatan yang digali dari asumsi dasar normatif, nilai-nilai serta impian kolektif dari semua warga sekolah. Demikian juga dengan budaya positif di kelas pun perlu adanya kesepakatan seluruh anggota kelas, baik guru maupun murid. Kesepakatan yang dibuat dapat diadopsi dan diadaptasi dari praktik baik atau kelebihan-kelebihan yang sudah dimiliki, sehingga kelemahan-kelemahan yang ada menjadi tidak relevan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membuat kesepakatan
kelas (secara daring), antara lain:
1. Murid diajak untuk membayangkan tentang kelas
impian.
2. Guru meminta murid untuk menuliskan harapan mereka
tentang situasi dan kondisi kelas yang diinginkan saat proses pembelajaran.
3. Hasil tulisan murid tentang harapan dan keinginan
mereka difoto dan dikirim melalui WA grup, boleh juga mengirimkan video saat
membacakan tulisan tersebut.
4. Setelah semua berpartisipasi, guru mengajak murid
berdiskusi membahas harapan-harapan tentang kelas impian yang telah mereka
tulis untuk menemukan kesamaan, kemudian dibuat daftar hal-hal yang dirasa
penting dan perlu untuk disepakati bersama.
5. Hasil kesepakatan dipajang sebagai pengingat bagi
semua warga kelas.
Proses pembuatan kesepakatan kelas
Dalam membuat kesepakatan kelas pastikan semua
terlibat didalamnya, guru dan murid melakukan perannya masing-masing. Baik guru
maupun murid mempunyai hak yang sama untuk menyampaikan harapan dan keinginan
tentang suasana pembelajaran di dalam kelas.
C. Hasil Aksi Nyata
Kesepakatan kelas memuat hal-hal penting yang
merupakan kesepakatan bersama. Kesepakatan tersebut hendaknya disusun
menggunakan bahasa yang singkat, padat dan menggunakan kata-kata positif
sehingga mudah dipahami. Kesepakatan kelas juga hendaknya dibuat secara
tertulis sehingga dapat dilihat sewaktu-waktu dan direfleksikan secara berkala.
D. Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan Aksi Nyata
1. Kegagalan
Setiap sekolah tentunya sudah memiliki budaya positifnya masing-masing. Namun untuk mengawali penerapan budaya positif yang lain membutuhkan proses panjang dan waktu yang lama. Karena membuat kesepakan kelas merupakan hal baru, maka dalam pelaksanaannya pun tidak langsung berhasil. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan antara lain:
a. Berhubung kegiatan dilakukan secara daring, maka permasalahan sinyal menjadi kendala utama
b. Beberapa murid masih merasa kurang percaya diri
c. Baik guru maupun murid belum konsisten dalam pelaksanaannya
d. Belum optimalnya dukungan dari orang tua
2. Keberhasilan
Dengan adanya kesepakatan kelas ini, murid menjadi lebih antusias dan aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan, disiplin dalam mengumpulkan tugas dan beberapa murid mulai percaya diri dalam menyampaikan pendapat.
E. Rencana Perbaikan
Melakukan kegiatan secara daring bukanlah sesuatu yang mudah. Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan rencana awal. Berikut ini merupakan apaya-upaya yang bisa dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut:
1. Melakukan refleksi setiap akhir kegiatan
2. Menjalin kerja sama dengan orang tua
3. Berkolaborasi dengan rekan guru melalui forum komunitas praktisi "Inspirasi Gropen" untuk mencari solusi dari permasalahan yang terjadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar