Jumat, 27 Agustus 2021

2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI 

DAN UPAYA MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA.

 

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi pada hakikatnya pembelajaran yang memandang bahwa murid itu berbeda dan dinamis. Menurut menurut Tomlinson (2000) pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang diindividualkan. Namun, lebih cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar murid dengan strategi pembelajaran yang independen.

Berdasarkan kaidah tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.

 

Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilksanakan jika sekolah sudah memiliki kebijakan atau komitmen tentang penerapannya. Komitmen dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah janji yang saling mengikat hasil belajar murid, mengembangkan profesional dan proses kolaborasi yang menjamin keberhasilan belajar bagi semua. Komitmen tersebut meliputi: a) menggunakan asesmen, b) menggunakan hasil asesmen untuk mendiferensiasikan lingkungan belajar, pembelajaran, dan evaluasi, c) memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, dan d) membuat penyesuaian (bisa dilakukan kapan saja) untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dapat diperkirakan.

Pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip yaitu a) asesmen yang berkesinambungan dalam pembelajaran, b) guru menjamin proses pembelajaran yang mengakui keberadaan semua murid, c) pengelompokkan murid secara fleksibel, d) adanya kolaborasi dan koordinasi yang terus menerus antara guru kelas/ guru bidang studi dengan guru pendidik khusus, e) guru dan murid bekerja bersama membangun komitmen untuk mewujudkan hasil belajar yang diharapkan, f) penggunaan waktu yang fleksibel dalam merespon proses dan hasil belajar murid, g) strategi pembelajaran yang bervariasi, dan h) murid dinilai dengan berbagai cara sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan setiap murid.

Strategi pembelajaran berdiferensiasi mencakup 3 komponen yaitu diferensiasi konten (materi), proses, dan produk. Diferensiasi konten merujuk pada strategi dalam membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten yang disampaikan oleh guru. Diferensiasi proses merujuk pada strategi untuk membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi. Sedangkan diferensiasi produk merujuk pada strategi untuk memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.

 

Pemenuhan Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan profil pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Kepedulian pada murid dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan murid menjadi fokus perhatian dalam proses pembelajaran ini. Untuk memenuhi kebutuhan murid tersebut, guru terlebih dahulu harus melakukan pemetaan kebutuhan belajar individu murid. Pemetaan tersebut dilakukan minimal berdasarkan tiga (3) aspek yaitu kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.

Pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar (readiness) murid bertujuan untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya. Pemetaan kebutuhan belajar murid mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya: a) membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar; b) menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran; c) menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan; d) meningkatkan motivasi murid untuk belajar. Sedangkan tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.

Berdasarkan pemetaan kebutuhan belajar murid tersebut guru dapat merancang, menerapkan/ melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan murid itu sendiri. Terpenuhinya kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda tersebut, maka prestasi belajar optimal dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

 

Pencapaian hasil belajar yang optimal melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini bertujuan untuk membantu semua murid dalam belajar, meningkatkan motivasi dan hasil belajar murid, menjalin hubungan yang harmonis guru dan murid, membantu murid menjadi pelajar yang mandiri, dan meningkatkan kepuasan guru. Dengan kata lain pembelajaran berdiferensiasi merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan murid agar tercapai peningkatan hasil belajar.

Saat guru merespon kebutuhan belajar siswa, berarti guru mendiferensiasikan pembelajaran dengan menambah, memperluas, menyesuaikan waktu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Guru sudah memperlakukan dan melayani murid dengan adil. Tidak ada lagi murid yang merasa tidak diperhatikan oleh guru. Minat dan bakat murid akan semakin berkembang dengan pembelajaran berdiferensiasi ini. Murid dengan minat yang berbeda dengan gaya belajar yang berbeda serta dengan kemampuan yang berbeda akan dapat dengan nyaman belajar sesuai dengan posisi mereka. Sehingga kebutuhan yang mereka inginkan akan terpenuhi yang tentunya ketika rasa nyaman dan senang mengikuti proses pembelajaran terjadi. Hal ini akan berkorelasi positif terhadap hasil belajarnya

 

Kaitan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara

Proses pembelajaran berdiferensiasi lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan individu murid, karena setiap anak itu unik. Seperti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa setiap anak merupakan suatu pribadi yang unik, yang mempunyai karakter khas yang membedakannya dengan anak lainnya. Sesungguhnya dari sejak dilahirkan setiap anak mempunyai perilaku, watak, karakter, bakat, minat, tingkat emosional, kecerdasan yang berbeda. Oleh karena itu setiap anak atau murid harus memperoleh penghargaan maupun perlakuan yang berbeda sebagai seorang individu.

Guru menurut Ki Hadjar Dewantara guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu. Tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya, ada yang cepat tumbuh subur, lambat dan sebagainya. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah. Begitu juga kita sebagai guru harus jeli dalam memperhatikan keberagaman kebutuhan murid, ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Semua harus kita akomodir dalam proses pembelajaran, karena kita hanya dapat menuntun lakunya bukan kodratnya. “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” (Ki Hajar Dewantara).

Dengan pembelajaran berdiferensiasi murid dan guru merdeka belajar berkolaborasi bersama menggali dan mengembangkan potensi murid dan mengakomodasi karakteristik masing-masing untuk mewujudkan selamat dan bahagia.


Kaitan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Nilai-Nilai Dan Peran Guru Penggerak

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: a) menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi, b) kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, c) penilaian berkelanjutan, d) tanggapan atau respon guru terhadap kebutuhan belajar muridnya, dan e) manajemen kelas yang efektif. Disinilah nilai-nilai guru penggerak (mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada murid) akan terukur.

Pembelajaran berdiferensiasi juga merupakan proses siklus mencari tahu tentang murid dan merespons belajarnya berdasarkan perbedaan. Ketika guru terus belajar tentang keberagaman muridnya, maka pembelajaran yang profesional, efesien, dan efektif akan terwujud. Memahami murid secara terus menerus membangun kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan murid, mengamati, menilai kesiapan, minat, dan preferensi belajar. Menggunakan semua preferensi tentang bagaimana murid mendemonstrasikan preferensi belajarnya (isi, proses, dan produk belajar). Disinilah urgensinya peran guru penggerak untukmenjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas paktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antarguru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.

 

Kaitan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Visi Guru Penggerak

Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru melihat pembelajaran dari berbagai perspektif. Ketika guru melakukan pembelajaran berdiferensiasi mereka menjauh dari melihat diri mereka sendiri sebagai pemilik dan penyebar pengetahuan dan bergerak ke arah melihat diri mereka sendiri sebagai penyelenggara kesempatan belajar. Guru dengan demikian akan lebih fokus pada “membaca” murid mereka.

Diferensiasi menghendaki seorang guru untuk menyadari bahwa ruang kelas harus menjadi tempat di mana guru akan selalu berusaha mengejar pemahaman terbaik mereka tentang pengajaran dan pembelajaran setiap hari, dan juga untuk mengingat setiap hari bahwa tidak ada praktik yang benar-benar praktik terbaik kecuali jika itu berhasil untuk setiap individu. Disinilah letak betapa pentingnya guru memiliki visi, dan mengembangkan visi untuk mewujudkan keberpihakan pada murid-murid sehingga mereka bertumbuh dengan maksimal.


Kaitan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Budaya Positif

Pembelajaran berdiferensiasi sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kepedulian pada murid dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan murid menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran berdiferensiasi. Akan tetapi profil pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid ini mengharuskan pendidik mencurahkan perhatian dan memberikan tindakan untuk memenuhi kebutuhan individu murid tersebut. Untuk melakukannya bukanlah hal yang mudah, bahkan sangat sulit karena diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus berinovasi dan terbuka terhadap perubahan zaman.

Membuat perubahan positif dan konstruktif kecil saja di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Apalagi menjadikan pembelajaran berdiferensiasi ini sebagai tradisi dan kebiasaan keseharian. Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan itu dibutuhkan tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus tetap melangkah sedikit demi sedikit dan konsisten daripada berlari namun terus berhenti. Itulah sejatinya peranan sentral guru penggerak.

RTL PGP

    Rencana Tindak Lanjut  Pasca Pendidikan Guru Penggerak                Kompetensi Guru Penggerak mencakup empat kategori me...