PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
DAN UPAYA
MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi pada
hakikatnya pembelajaran yang memandang bahwa murid itu berbeda dan dinamis.
Menurut menurut Tomlinson (2000) pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha
untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah
pembelajaran yang diindividualkan. Namun, lebih cenderung kepada pembelajaran
yang mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar murid dengan strategi
pembelajaran yang independen.
Berdasarkan
kaidah tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi
bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk
mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak
jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain.
Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang
pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula
memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi
bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan
pembelajaran sekaligus, dimana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu
si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.
Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas
Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilksanakan
jika sekolah sudah memiliki kebijakan atau komitmen tentang penerapannya.
Komitmen dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah janji
yang saling mengikat hasil belajar murid, mengembangkan profesional dan proses
kolaborasi yang menjamin keberhasilan belajar bagi semua. Komitmen tersebut
meliputi: a) menggunakan asesmen, b) menggunakan hasil asesmen untuk
mendiferensiasikan lingkungan belajar, pembelajaran, dan evaluasi, c) memilih
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, dan d) membuat
penyesuaian (bisa dilakukan kapan saja) untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
dapat diperkirakan.
Pembelajaran berdiferensiasi
dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip yaitu a) asesmen yang
berkesinambungan dalam pembelajaran, b) guru menjamin proses pembelajaran yang
mengakui keberadaan semua murid, c) pengelompokkan murid secara fleksibel, d)
adanya kolaborasi dan koordinasi yang terus menerus antara guru kelas/ guru
bidang studi dengan guru pendidik khusus, e) guru dan murid bekerja bersama
membangun komitmen untuk mewujudkan hasil belajar yang diharapkan, f)
penggunaan waktu yang fleksibel dalam merespon proses dan hasil belajar murid,
g) strategi pembelajaran yang bervariasi, dan h) murid dinilai dengan berbagai
cara sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan setiap murid.
Strategi pembelajaran berdiferensiasi
mencakup 3 komponen yaitu diferensiasi konten (materi), proses, dan produk.
Diferensiasi konten merujuk pada strategi dalam membedakan pengorganisasian dan
format penyampaian konten yang disampaikan oleh guru. Diferensiasi proses
merujuk pada strategi untuk membedakan proses yang harus dijalani oleh murid
yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content)
materi. Sedangkan diferensiasi produk merujuk pada strategi untuk memodifikasi
produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang
telah dipelajari.
Pemenuhan Kebutuhan Belajar Murid
Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan profil pembelajaran yang mengakomodir
kebutuhan belajar murid. Kepedulian pada murid dalam memperhatikan kekuatan dan
kebutuhan murid menjadi fokus perhatian dalam proses pembelajaran ini. Untuk
memenuhi kebutuhan murid
tersebut, guru terlebih dahulu harus melakukan pemetaan kebutuhan belajar
individu murid. Pemetaan tersebut dilakukan minimal berdasarkan tiga (3) aspek
yaitu kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.
Pemetaan kebutuhan belajar murid
berdasarkan kesiapan belajar (readiness)
murid bertujuan untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran,
sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya. Pemetaan kebutuhan
belajar murid mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran
memiliki tujuan diantaranya: a) membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan
antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar; b) menunjukkan
keterhubungan antara semua pembelajaran; c) menggunakan keterampilan atau ide
yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan
yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan; d) meningkatkan motivasi murid
untuk belajar. Sedangkan tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid
berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid
untuk belajar secara natural dan efisien.
Berdasarkan pemetaan kebutuhan belajar
murid tersebut guru dapat merancang, menerapkan/ melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan murid itu sendiri. Terpenuhinya
kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda tersebut, maka prestasi belajar
optimal dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pencapaian hasil belajar yang optimal melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini
bertujuan untuk membantu semua murid dalam belajar, meningkatkan motivasi dan
hasil belajar murid, menjalin hubungan yang harmonis guru dan murid, membantu
murid menjadi pelajar yang mandiri, dan meningkatkan kepuasan guru. Dengan kata
lain pembelajaran berdiferensiasi
merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan murid agar
tercapai peningkatan hasil belajar.
Saat guru merespon kebutuhan belajar
siswa, berarti guru mendiferensiasikan pembelajaran dengan menambah,
memperluas, menyesuaikan waktu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Guru
sudah memperlakukan dan melayani murid dengan adil. Tidak ada lagi murid yang
merasa tidak diperhatikan oleh guru. Minat dan bakat murid akan semakin
berkembang dengan pembelajaran berdiferensiasi ini. Murid dengan minat yang
berbeda dengan gaya belajar yang berbeda serta dengan kemampuan yang berbeda
akan dapat dengan nyaman belajar sesuai dengan posisi mereka. Sehingga
kebutuhan yang mereka inginkan akan terpenuhi yang tentunya ketika rasa nyaman
dan senang mengikuti proses pembelajaran terjadi. Hal ini akan berkorelasi
positif terhadap hasil belajarnya
Kaitan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Refleksi
Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara
Proses pembelajaran berdiferensiasi
lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan individu murid, karena setiap anak
itu unik. Seperti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa setiap anak
merupakan suatu pribadi yang unik, yang mempunyai karakter khas yang
membedakannya dengan anak lainnya. Sesungguhnya dari sejak dilahirkan setiap
anak mempunyai perilaku, watak, karakter, bakat, minat, tingkat emosional,
kecerdasan yang berbeda. Oleh karena itu setiap anak atau murid harus
memperoleh penghargaan maupun perlakuan yang berbeda sebagai seorang individu.
Guru menurut Ki Hadjar Dewantara guru
diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya
adalah merawat dan menjaga benih-benih itu. Tentu saja benih yang tumbuh itu
berbeda-beda dalam perkembangannya, ada yang cepat tumbuh subur, lambat dan
sebagainya. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan
kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah. Begitu juga
kita sebagai guru harus jeli dalam memperhatikan keberagaman kebutuhan murid,
ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga,
dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan,
pendengaran, atau kinestetik. Semua harus kita akomodir dalam proses
pembelajaran, karena kita hanya dapat menuntun lakunya bukan kodratnya. “Anak-anak
hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan
menuntun tumbuhnya kodrat itu.” (Ki Hajar Dewantara).
Dengan pembelajaran berdiferensiasi murid
dan guru merdeka belajar berkolaborasi bersama menggali dan mengembangkan potensi
murid dan mengakomodasi karakteristik masing-masing untuk mewujudkan selamat
dan bahagia.
Kaitan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dengan
Nilai-Nilai Dan Peran Guru Penggerak
Pembelajaran berdiferensiasi adalah
serangkaian keputusan masuk akal (common
sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: a)
menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan
bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi, b) kurikulum yang
memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, c) penilaian
berkelanjutan, d) tanggapan atau respon guru terhadap kebutuhan belajar
muridnya, dan e) manajemen kelas yang efektif. Disinilah nilai-nilai guru
penggerak (mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada
murid) akan terukur.
Pembelajaran berdiferensiasi juga
merupakan proses siklus mencari tahu tentang murid dan merespons belajarnya
berdasarkan perbedaan. Ketika guru terus belajar tentang keberagaman muridnya,
maka pembelajaran yang profesional, efesien, dan efektif akan terwujud.
Memahami murid secara terus menerus membangun kesadaran tentang kekuatan dan
kelemahan murid, mengamati, menilai kesiapan, minat, dan preferensi belajar.
Menggunakan semua preferensi tentang bagaimana murid mendemonstrasikan
preferensi belajarnya (isi, proses, dan produk belajar). Disinilah urgensinya
peran guru penggerak untukmenjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas
paktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antarguru, dan
mewujudkan kepemimpinan murid.
Kaitan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Visi Guru
Penggerak
Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru melihat pembelajaran dari
berbagai perspektif. Ketika guru melakukan pembelajaran berdiferensiasi
mereka menjauh dari melihat diri mereka sendiri sebagai pemilik dan penyebar
pengetahuan dan bergerak ke arah melihat diri mereka sendiri sebagai
penyelenggara kesempatan belajar. Guru dengan demikian akan lebih fokus pada
“membaca” murid mereka.
Diferensiasi menghendaki seorang guru untuk menyadari bahwa ruang kelas harus menjadi tempat di mana guru akan selalu berusaha mengejar pemahaman terbaik mereka tentang pengajaran dan pembelajaran setiap hari, dan juga untuk mengingat setiap hari bahwa tidak ada praktik yang benar-benar praktik terbaik kecuali jika itu berhasil untuk setiap individu. Disinilah letak betapa pentingnya guru memiliki visi, dan mengembangkan visi untuk mewujudkan keberpihakan pada murid-murid sehingga mereka bertumbuh dengan maksimal.
Kaitan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Budaya
Positif
Pembelajaran berdiferensiasi sebenarnya
bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kepedulian pada murid dalam
memperhatikan kekuatan dan kebutuhan murid menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran
berdiferensiasi. Akan tetapi profil pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan
belajar murid ini mengharuskan pendidik mencurahkan perhatian dan memberikan
tindakan untuk memenuhi kebutuhan individu murid tersebut. Untuk melakukannya bukanlah
hal yang mudah, bahkan sangat sulit karena diperlukan orang-orang yang bersedia
untuk terus berinovasi dan terbuka terhadap perubahan zaman.
Membuat perubahan positif dan
konstruktif kecil saja di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat
bertahap. Apalagi menjadikan pembelajaran berdiferensiasi ini sebagai tradisi
dan kebiasaan keseharian. Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah
perubahan itu dibutuhkan tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan
serta kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus tetap melangkah
sedikit demi sedikit dan konsisten daripada berlari namun terus berhenti.
Itulah sejatinya peranan sentral guru penggerak.